3. Apakah yang dimaksud memang demikian? Sementara telah dijelaskan diatas bahwa semua kewajiban yang dibebankan oleh Allah adalah sesuai dengan kemampuan hamba-Nya.
وعليها مااكتسبت
6. Memang sebagai manusia, tidak bisa dipungkiri bahwa kita punya banyak keterbatasan. Walapun kita telah berusaha melakukan usaha yang maksimal, akan tetapi pasti ada kurangnya. Bisa jadi kita terlambat untuk melakukan kewajiban tersebut karena LUPA, atau saat melakukannya masih banyak KESALAHAN. Karena itulah kita bermohon kepada Allah ربنا لا تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا.
7. Masa yang sama, kita sebagai hamba Allah yang lemah, minta kepada-Nya untuk tidak memikulkan beban yang pernah Allah pikulkan kepada ummat sebelum kita. Dan kenyataannya memang demikian, dan ini adalah merupaka kasih sayang Allah subhaanahu wa ta`aala kepada kita ummat Nabi Muhammad shallallaahu `alai wa sallama.
8. ربَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ bukan bermakna, bahwa kita meminta kepada Allah untuk dikurangi beban, shalat zuhur jadi dua rokaat misalnya, tidak mungkin. Akan tetapi yang kita minta kepada Allah adalah agar kemampuan daya pikul kita ditambah oleh Allah subhaanahu wa ta`aala. Jika selama hari ini memikul 20 kg berat terasa oleh kita. Akan tetapi ketika daya pikul ditambah oleh Allah, mengangkat yang 20 kg seperti mengangkat 1 kg.
9. Jika kita sudah melakukan usaha yang maksimal, daya pikul sudah ditingkat oleh Allah subhaanahu wa ta`aala, jangan sampai tertipu dengan amal, jangan merasa sudah hebat, jangan merasa, kayaknya kalau mati pasti masuk syurga, jangan. Tetaplah tawadhu`. Tetaplah minta keampunan dari Allah agar terhindar dari neraka, tetaplah minta rahmat dari Allah agar dimasukkan Allah ke dalam syurga. Karena hakikat kejayaan yang sesungguhnya adalah ومن زحزح عن النار وأدخل الجنة فقد فاز. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, sesungguhnya dia telah berjaya.
10. Kembalikanlah urusan kepada Allah أنت مولانا فانصرنا على القوم الكافرين